Bayi usia 10 bulan sering bab bisa menjadi perhatian bagi para orang tua yang mungkin merasa khawatir atau penasaran. Penyebab bayi usia 10 bulan sering bab ini bisa bermacam-macam, dari perubahan pola makan hingga faktor kesehatan tertentu. Pada usia ini, bayi sedang aktif mengeksplorasi berbagai jenis makanan dan memiliki sistem pencernaan yang masih sensitif.
Faktor lain seperti infeksi saluran pencernaan atau alergi makanan juga dapat mempengaruhi frekuensi buang air besar mereka. Penting bagi orang tua untuk memahami perubahan-perubahan ini dan memantau kesehatan bayi mereka dengan baik.
1. Sistem Pencernaan yang Belum Matang
Contents
Penyebab bayi usia 10 bulan sering bab yang pertama adalah sistem pencernaan yang belum matang. Perlu diketahui bahwa pada bulan-bulan awal kehidupan, bayi seringkali mengalami frekuensi buang air besar yang tinggi, bisa mencapai lebih dari lima kali sehari.
Bayi yang mendapat ASI bahkan dapat buang air besar hingga sepuluh kali sehari, terutama setiap kali setelah menyusui. Fenomena ini terjadi karena sistem pencernaan bayi yang masih belum matang sepenuhnya.
Saat makanan masuk ke dalam lambung, terjadi refleks gastrokolik yang mengakibatkan kontraksi usus besar. Proses ini memfasilitasi pencernaan dan pengeluaran sisa-sisa makanan dari tubuh bayi dengan cepat.
Konsekuensinya, buang air besar yang sering pada bayi tidak selalu menunjukkan masalah pencernaan atau kesehatan yang serius. Selama tinja bayi terlihat lunak dan tidak mengalami kekerasan atau kecairan berlebihan, ini biasanya menandakan bahwa sistem pencernaan bayi berfungsi dengan baik.
2. Bayi Mengalami Diare Akut
Diare pada bayi adalah kondisi di mana tinja menjadi lebih encer atau berair dari biasanya, sering kali disertai dengan frekuensi buang air besar yang lebih sering.
Diare bisa menjadi tanda adanya gangguan dalam sistem pencernaan bayi, baik karena infeksi virus atau bakteri, maupun pengaruh dari pola makan atau penggunaan antibiotik.
Diare akut pada bayi umumnya disebabkan oleh:
- Infeksi Virus (seperti Rotavirus): Rotavirus merupakan penyebab utama diare pada bayi. Virus ini menyerang saluran pencernaan dan dapat menyebabkan gejala seperti diare yang parah, muntah, dan demam.
- Infeksi Bakteri (seperti Salmonella): Bakteri seperti Salmonella dapat menyebabkan diare dengan karakteristik tinja yang mungkin mengandung darah atau lendir. Infeksi bakteri seringkali memerlukan perhatian medis untuk penanganan yang tepat.
- Efek Samping Antibiotik: Beberapa jenis antibiotik dapat mengganggu keseimbangan bakteri dalam saluran pencernaan bayi, menyebabkan diare sebagai efek sampingnya. Penting untuk berkomunikasi dengan dokter mengenai efek samping ini dan mengikuti petunjuk penggunaan antibiotik dengan cermat.
3. Bayi Mengalami Alergi Susu Sapi
Salah satu penyebab bayi mengalami diare berulang-ulang bisa jadi disebabkan oleh alergi susu sapi. Alergi ini dapat memicu berbagai reaksi pada sistem pencernaan bayi, termasuk feses yang encer, berlendir, bahkan mengandung darah. Kondisi ini umumnya mulai terlihat dalam dua bulan pertama kehidupan bayi.
Alergi susu sapi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bayi salah mengidentifikasi protein susu sapi sebagai zat berbahaya dan merespons dengan memproduksi antibodi yang dapat memicu peradangan di saluran pencernaan. Gejala lain yang mungkin muncul termasuk muntah, ruam kulit, dan rewel setelah minum susu.
4. Intoleransi Laktosa pada Bayi
Laktosa adalah gula alami yang terkandung dalam susu. Namun, sebagian bayi mengalami kesulitan dalam mencerna laktosa karena kekurangan enzim laktase, yang berfungsi untuk memecah laktosa menjadi gula sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa, sehingga mudah diserap oleh tubuh.
Ketika bayi tidak dapat menyerap laktosa dengan baik, bakteri di usus besar akan mengubah laktosa yang tidak tercerna ini menjadi gas, yang dapat menyebabkan perut kembung dan kram.
Itulah penjelasan dari penyebab bayi usia 10 bulan sering bab. Pada penjelasan di atas tadi terdapat empat penyebab yang mengakibatkan bayi usia 10 bulan terlalu sering BAB.