Jangan Tertukar! Ini Perbedaan Blangkon Solo dan Jogja yang Perlu Diketahui

kamu tentu sudah familiar dengan blangkon, bukan? Ya, blangkon adalah salah satu bagian dari pakaian adat Jawa Tengah dan juga Yogyakarta. Blangkon sendiri merupakan penutup kepala yang menjadi pelengkap pakaian adat yang dikenakan. Umumnya, pakaian adat Jawa lengkap ini dikenakan ketika ada peringatan kebudayaan atau acara khusus lainnya.

Nah, berbincang tentang blangkon, salah satu hal yang menarik untuk disimak adalah adanya perbedaan blangkon Solo dan Jogja. Jika kamu mencari gambar antara blangkon Solo dan Jogja, tentu kamu akan mengetahui adanya perbedaan dari keduanya. Berbedaan ini bukan hanya tentang bentuk saja melainkan juga faktor sejarah yang menjadi latar.

Lantas, apa saja perbedaan antara blangkon dari Solo dan Jogja tersebut? Simak ulasannya!

perbedaan blangkon solo dan jogja

Sekilas Tentang Blangkon

Sebelum membahas perbedaan antara blangkon Solo dan Jogja, tentu penting bagi kamu untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan blangkon itu sendiri. Sekilas, blangkon adalah penutup kepala yang dibuat dari bahan kain batik dan digunakan sebagai bagian dari pakaian tradisional Jawa.

Nama atau sebutan blangkon sendiri berasal dari bahasa Belanda, yaitu Blanco yang bermakna sesuatu yang siap dipakai. Dalam sejarahnya, dulu bentuk blangkon bukan bulat dan tidak siap pakai.

Di masa silam, blangkon sama seperti ikat kepala lainnya yang dibuat dengan proses mengikat kain yang cukup rumit untuk membuat penutup kepala. Namun, seiring waktu berjalan, maka ada inovasi yang dilakukan untuk membuat blangkon yang siap pakai.

Perbedaan Blangkon Solo dan Jogja

Diantara aneka jenis blangkon yang ada, bisa dikatakan jika blangkon Solo dan Jogja adalah dua jenis blangkon yang paling terkenal dan paling banyak dipakai hingga saat ini. Bisa jadi, adanya faktor kesultanan di kedua daerah tersebut membuat blangkon dari Solo dan Jogja cenderung lebih dikenal secara luas.

Namun, diantara kedua jenis blangkon tersebut, terdapat perbedaan yang bisa dikatakan cukup mencolok. Apa dan bagaimana perbedaan kedua jenis blangkon tersebut? Simak ulasannya!

  • Blangkon Jogja

Seperti namanya, blangkon Jogja adalah jenis blangkon yang banyak digunakan di daerah Yogyakarta, terutama dipakai oleh pria dewasa pada beragam pertemuan, baik secara formal dan informal.

Beberapa acara seperti pernikahan, peringatan acara kebudayaan dan lainnya umumnya dihadiri oleh tamu undangan berpakaian adat lengkap dengan blangkon.

Baca juga :  begini cara keluar dari anggota google classroom aplikasi

Blangkon Jogja sendiri memiliki ciri umum dengan adanya mondolan atau bagian yang menonjol di bagian belakang. Dalam sejarah, adanya mondolan pada blangkon Jogja ini dikarenakan awalnya, pria Jogja banyak yang memelihara rambut hingga panjang dan kemudian diikat ke atas, sebagaimana Patih Gajah Mada.

Ikatan rambut tersebut kemudian dibungkus dan diikat. Hal inilah yang kemudian berkembang menjadi bentuk blangkon Jogja.

Selain itu, mondolan yang ada pada blangkon Jogja tersebut memiliki filosofis tersendiri dan mencerminkan ciri hidup masyarakat Jogja. Dalam hal ini, mondolan tersebut adalah tanda bahwa masyarakat Jogja cenderung pandai untuk menyimpan rahasia dan tidak suka membuka aib orang lain ataupun aib diri sendiri.

Dengan demikian, mereka akan cenderung berhati-hati dalam bertutur kata dan bertingkah laku. Selain itu, mondolan tersebut juga menjadi lambang bahwa masyarakat Jogja tidak ingin memperlihatkan kesedihan atau kesusahan yang dialami. Mereka menyimpannya di dalam hati sebagai perlambang dari mondolan tersebut.

  • Blangkon Solo

Lalu, bagaimana dengan blangkon Solo?

Dalam catatan sejarah, masyarakat Solo cenderung lebih dahulu mengenal budaya potong rambut karena adanya pengaruh dari Belanda. Tidak hanya itu, karena pengaruh Belanda tersebut, masyarakat Solo juga mengenal jas yang kemudian diberi nama beskap. Asal kata beskap tersebut adalah beschaafd dari bahasa Belanda yang artinya berkebudayaan.

Karena budaya potong rambut yang telah ada di kehidupan masyarakat Solo, maka tidak ada kebiasaan memanjangkan rambut pada pria Solo. Hal inilah yang memberikan pengaruh pada bentuk blangkon atau ikat kepala yang dibuat. Jika dilihat, blangkon Solo tidak memiliki mondolan atau ikatan di bagian belakang kepala.

Selain itu, apa yang menjadi perbedaan dari blangkon Solo yaitu terdapat ikatan dua pucuk helai kanan dan kiri. Ikatan ini bukan hanya berfungsi sebagai pengganti mondolan, tetapi juga merupakan lambang dari penyatuan tujuan dalam sebuah pemikiran yang lurus.

Maksud dari pemikiran yang lurus tersebut yaitu ajaran agama Islam. Selain itu, dua pucuk yang disatukan tersebut adalah dua kalimat syahadat. Oleh karenanya, bisa disimpulkan bahwa blangkon Solo memiliki makna ajakan untuk menjadikan dua kalimat syahadat sebagai dasar untuk menjalankan perintah agama Islam.

Tidak hanya itu, ada pula kalangan yang mengatakan bahwa penyatuan dua simpul dari blangkon Solo adalah lambang hubungan manusia kepada sesama manusia dan kepada Tuhan. Artinya, manusia dalam menjalankan kehidupan harus berimbang antara hubungan ke sesama dan hubungan dengan Tuhan tadi.

Baca juga :  Materi Soal Dan Pjj Tvri Tanggal 24 April 2020

Setidaknya, beberapa poin di atas adalah apa yang menjadi perbedaan antara blangkon Solo dan juga Jogja. Bisa dikatakan bahwa blangkon tidak hanya berfungsi sebagai penutup kepala saja, melainkan lambang kebudayaan yang memiliki makna filosofi yang tinggi, di mana seharusnya bisa menjadi cermin kehidupan masyarakat.

Jenis Blangkon Lainnya yang Ada di Indonesia

Dilihat dari popularitas, memang blangkon Solo dan Jogja menjadi jenis blangkon yang paling dikenal dan banyak digunakan hingga saat ini. Namun, selain kedua jenis blangkon tersebut, ada beberapa jenis blangkon lainnya yang ada dan perlu diketahui.

Adapun jenis blangkon yang dimaksud diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Blangkon Kedu

Jenis blangkon lainnya yang cukup dikenal di kalangan masyarakat adalah blangkon Kedu. Seperti namanya, blangkon ini banyak ditemukan di daerah Kedu, yang merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah.

Ciri umum dari blangkon ini adalah bentuknya yang cenderung lebih pipih. Tidak ada mondolan yang ada di bagian belakang blangkon tersebut.

Tidak hanya itu, blangkon Kedu juga dibuat dengan motif batik yang cenderung lebih terang dibandingkan dengan blangkon Solo ataupun Jogja. Bahkan, blangkon Kedu juga hadir dengan warna yang lebih bervariasi.

  • Blangkon Banyumas

Blangkon Banyumas juga menjadi salah satu jenis blangkon yang ada dan cukup dikenal. Tentu, blangkon jenis ini banyak dibuat oleh masyarakat yang bereda di sekitar Banyumas, Jawa Tengah.

Apa yang menjadi ciri dan juga keunikan dari blangkon Banyumas adalah motif yang digunakan. Pasalnya, blangkon ini hadir dengan motif yang cenderung lebih bervariasi dan juga lebih berwarna.

Jika dilihat secara saksama, maka motif dari blangkon ini cenderung lebih menyerupai batik Pekalongan yang hadir dengan nuansa yang eksotis.

Nah, demikian beberapa ulasan tentang perbedaan blangkon Solo dan Jogja serta beberapa jenis blangkon lain yang ada di Indonesia, khususnya Jawa. Perlu diketahui juga bahwa blangkon tidak hanya menjadi bagian penting dari sebuah pakaian adat daerah, melainkan juga cerminan hidup dengan filosofi yang dimiliki.

lock" data-ad-client="ca-pub-3769951651532537" data-ad-slot="8665803941" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true">